Saturday, March 20, 2010

KITA, mau jadi APA?

Anak adalah anugerah-Nya, harta yang sangat bernilai”. Begitu bunyi sebait syari grup nasyid Raihan. Saat ini diantara kita ada yang masih menjadi anak (Walaupun mun gkin ada juga yang sudah punya anak), anak dari ibu dan ayah kita, anak yang dilahirkan dengan keringat dan kasih saying, anak yang dilahirkan dengan penderitaan berbulan-bulan, anak yang dibesarkan dengan jerih payah dan kesabaran sebagai bukti syukur orang tua kita kepada Allah SWT.

BEtapa bahagianya ibu dan ayah kita saat mendengar tangisan pertama keluar dari mulut mingil ini (apalagi
kalau kita anak pertama). Bahagia yang tak terkira, yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata atu dilukiskan dengan untaian syair atau dilantunkan dengan bait-bait lagu kegembiraan. Tapi, yang jelas kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan emas permata atau dengan intan berlian.

Saat itu ibu dan ayah kita bergumam dengan sebuah kalimat yang sangat sederhana : “semoga kamu menjadi anak yang sholeh/sholehah”. Kalimat itu memang sederhana, namun dibalik kesederhanaannya tersimpan sebuah harapan besar. Harapan itu sering disebut-sebut oleh mereka saat berjumpa dengan orang lain. Keinginan itu sering terungkap dalam percakapan-percakapan mereka. Bahkan dalam doa-doa mereka saat tenggelam dalam munajat kepada Allah, hasrat itu tiada pernah terlupakan untuk dimohonkan.

Saat itu ibu mendidik kita dengan rangkaian logika yang sederhana, mengajarkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, menceritakan kisah-kisah yang mereka fahami untuk berkom unikasi dengan kita, mengusap kepala dan melindungi kita saat menangis, menuntun saat pertama kita hendak berjalan, menjaga nyenyaknya tidur kita dari gangguan semut, nyamuk lalat, dan serangga lainnya. Ayah kita (dengan keringatnya) mengajarkan cara menjalani hidup, mengajarkan cara meminta dan memberi, mengajarkan cara berterima kasih dan meminta maaf, mengajarkan kemuliaan orang yang berguna bagi orang lain. Saat itu dalam benak mereka hanya satu, kita tumbuh menjadi anak yang dapat membahagiakan mereka, berguna bagi saudara-saudaranya, bermanfaat bagi orang lain, menjadi anak yang akan mendoakan mereka saat mereka telah meninggal dunia.

Saat ini kita sudah melek, sat ini kita sudah berakal, saat ini kita bukan anak-anak lagi, bahkan sebentar lagi kita akan punya anak (insya Allah). Kita mengklaim bahwa kita sudah dewasa, sudah bisa menentukan jalan hidup sendiri, sudah lebih pandai dari mereka, bahkan sudah lebih tinggi kedudukannya daripada keduanya. Logika kita terlalu rumit untuk mereka pahami. Pikiran kita terlalu berbelit untuk mereka cerna. Bahkan keinginan kita pun terlalu sulit dimengerti oleh keterbatasan pengetahuan mereka. Dengan sedikit terperanjat orang tua kita mengernyitkan dahinya melihat tingkah laku kasar kita kepada mereka. Mereka kaget dengan kehebatan ceramah kita dihadapan mereka. Terkadang tanpa kita sadari mereka menangis terseduh-sedu melihat ‘makhluk lain’ di tengah-tengah mereka, tanpa kita ketahui mereka menangis (di dalam doanya), mengharapkan sesuatu yang sama saat mereka melahirkan kita.

Sebagai anak, mau jadi apa kita? Pilihlah satu diantara empat hal berikut. Pertama, menjadi musuh mereka, berapa banyak kejadian seorang anak membunuh orang tuanya hanya karena hal yang sepele? Kedua, menjadi fitnah bagi mereka, masih banyak anak yang menyebabkan orang tuanya sengsara bahkan di penjara. Ketiga, menjadi perhiasan bagi mereka, akankah kita sekedar menjadi kebanggan orang tua dengan prestasi dan kesuksesan material belaka? Sedang kita masih bergelimang dengan dosa dan maksiat. Tidak terbesit dalam benak kita untuk mendoakan mereka? Atau keempat, menjadi penyejuk mata bagi mereka, inilah puncak kebahagiaan orang tua. Anaknya menjadi penyejuk mata dengan akhlak yang baik, akhlak yang sesuai dalam Al Quran dan Hadits. Anak yang memuliakan mereka bagaimana pun keadaan mereka, anak yang merawat mereka di hari tua, bahkan anak yang mendoakan mereka saat mereka dalam kesulitan di liang lahat, saat mereka tidak mungkin lagi memberikan nasehat-nasehat sederhananya kepada anak yang dicintainya.

Nah, sekarang mari kita datangi ibu dan ayah kita, mintalah ampun dan maaf kepada mereka, berterimakasihlah atas kasih saying yang mereka berikan. Jangan lupa mohonlah doa mereka agar kita semua menjadi anak yang meberikan kesejukkan dimata mereka dan mintalah doa agar kelak ketika kita menjadi orang tua, kita memiliki anak-anak penyejuk mata karena doa seorang ibu untuk anaknya sangatlah mustajab.

Buat rekan-rekan yang jadi calon orang tua, jangan lupa doa untuk orang tua kita semua, semoga Allah SWT memberikan kita semua anak-anak yang menyejukan mata kita semua. Amin (Herman Susilo)

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates