Saturday, March 20, 2010

Al Qur'an Kita

Bismillahirrahmanirrahim

Rekan-rekan yang saya cintai,

Assalamu’alaikum wr. wb

Mudah-mudahan anda tidak bosan bertemu dengan saya. Sekali lagi kita bersama-sama mengisi dan menyambut tamu agung kita, bulan Ramadhan ini dengan beberapa hal yang mengingatkan kita kepada nilai-nilai yang selama ini sudah pasti diketahui oleh banyak dari Rekan-rekan yang saya hormati. Karena anda semuanya adalah kalangan profesional yang tidak pernah ingin menjadikan kehidupan kita hanya sesuatu yang tidak ada artinya, tanpa ada nilai unggul, nilai lebih yang kita realisasikan.

Jadi karenanya, Rekan-rekan yang saya hormati, kita semuanya berada dalam kondisi saling berkhusnudzon, saling berbaik sangka. Karena begitulah salah satu dari ajaran dari Al Qur’an tentang Ramadhan. Tetapi sebelum kita jauh membahas tentang bagaimana kandungan Al Qur’an yang diturunkan pada bulan Ramadhan ini, yang merupakan aktivitas utama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW selama beliau mengisi dan menemui tamu agung ini. Memang begitulah dalam riwayat-riwayat hadis disebutkan kegiatan utama Rasulullah selama satu bulan Ramadhan adalah membaca Al qur’an, tetapi Rasulullah tidak seperti banyak diantara kita yang orientasinya hanya sekedar bersicepat mengkhatamkan Al Qur’an. Kadang diantara kita muncul pertanyaan selama bulan Ramadhan ini sudah khatam Al Qur’an belum? berapa kali anda mengkhatamkan Al Qur’an? Pertanyaan yang baik-baik saja bila maksudnya adalah mengingatkan agar kita tidak alpa membaca Al Qur’an. Tapi sekedar mengkhatamkannya, tidak kemudian menghadirkan sikap jiwa, perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Al Qur’an, ada sesuatu hal yang harus selalu kita kritisi.

Jadi, Rekan-rekan yang saya hormati, Al Qur’an yang dibaca oleh Rasulullah selama satu bulan Ramadhan ini mengantarkan kepada kita tentang satu tujuan utama dari hadirnya bulan Ramadhan. Apa itu? Kemarin sudah kita bahas, yaitu menghadirkan manusia-manusia unggulan, manusia yang bertaqwa. Manusia unggulan dan bertaqwa itu salah satu kegiatan utamanya adalah memaksimalkan diri, memompa semangat, mengisi kehidupan, mewarnai diri dan kehidupannya dengan nilai-nilai Al Qur’an. Itulah karenanya Rasulullah menyampaikan ungkapan yang sangat-sangat bagus “Khairukum man ta’allamal qur’ana wa ‘allamakum” , yang paling baik dari anda semuanya adalah yang membaca, yang mempelajari Al Qur’an dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain.

Tentu saja, Rekan-rekan yang saya hormati, tidaklah mungkin kita bisa mempelajari Al Qur’an tanpa membacanya dan tidaklah mungkin kita mengajarkan Al Qur’an kalau kita tidak mengerti isi Al Qur’an. Apa yang mau diajarkan kepada orang lain? Kita tahu dalam kehidupan kita sehari-hari, siapapun yang kita sebut, apakah namanya ustadz atau guru atau dosen atau trainer atau siapa saja, kita percaya pada mereka, mendengarkan masukan dari mereka karena kita persepsikan mereka mengetahui apa yang mereka sampaikan, mereka mengertinya. Dan sekali lagi, mereka bisa mengerti, mereka bisa mengetahui karena sebelumnya melalui proses belajar.

Proses belajar mengajar dan kemudian menghadirkan kondisi anda menjadi orang yang utama, orang yang unggulan, step, langkah-langkah menuju kepada insan yang bertaqwa itu, salah satu diantaranya melalui bacaan membaca Al Qur’an. Inilah satu kondisi yang selama bulan Ramadhan ini begitu rupa menghiasi ruang-ruang kehidupan kita, ruang-ruang dengar kita, ruang-ruang baca kita, luar biasa. Dan ini tentu saja dalam konteks sosial kita membuat kita akrab dengan Al Qur’an, tidak asing dengan Al Qur’an. Bahkan mudah-mudahan juga membuat kita menjadi jatuh cinta kepada Al Qur’an. Sebagai seorang yang sudah mau dan rela berpuasa karena iman kepada Allah, mengikuti sunnah Rasulullah merubah seluruh agenda kehidupannya untuk kemudian mengikuti pola hidup, pola laku berpuasa, adalah layak bila kita bertanya dan menggugat diri kita sejauh mana cinta kita kepada Al Qur’an.

Dalam kosakata Indonesia ada ungkapan yang dekat dengan Al Qur’an, itulah koran. Saya tidak tahu apakah koran memang diambilkan dari Al Qur’an, tetapi yang jelas dua-duanya menghadirkan informasi, dua-duanya menghadirkan sesuatu yang dibaca, dua-duanya bisa membawa kepada hadirnya informasi yang baru yang memungkinkan kita mengajarkannya kepada orang lain. Tetapi rasa-rasanya kita harus bertanya, kalau setiap hari kita membaca koran, bahkan mungkin tidak hanya satu koran, mungkin bahkan tidak hanya satu halaman, mungkin seluruh halaman kita baca. Setiap hari bahkan kita rindu pada loper koran. Kita menunggu-nunggu kedatangannya. Kadang kita pertanyakan kenapa anda terlambat? Kita boleh bertanya bagaimana sikap kita terhadap Al Qur’an, serindu itukah? seserius itukah kita membaca Al Qur’an? Berapa lembar Al Qur’an setiap hari kita baca? Apakah kita merasa rindu dan merasa ada sesuatu yang kurang kalau kita tidak membaca Al Qur’an?

Saya tanyakan ini karena saya pun pembaca koran. Saya juga tidak kurang dari lima koran setiap hari saya baca. Saya merasakan bagaimana kalau saya satu hari tidak membaca koran. Saya sering mempertanyakan kalau pada jam tertentu dimana koran sudah harus datang ke tempat saya tapi belum datang, saya akan pertanyakan kenapa anda tidak datang, karena saya memang memerlukan informasi yang terus membaharu agar kita bisa menyikapi seluruh perkembangan juga dengan cara-cara yang membaharu. Alhamdulillah setiap hari saya juga membaca Al Qur’an yang bisa 1 juz, bisa setengah juz, itu artinya lebih dari 15-an halaman.

Saya hanya ingin mengatakan bahwa sesibuk apapun kita, sesungguhnya kita masih selalu punya waktu untuk membaca Al Qur’an. Mengapa? karena analog sederhana, sesibuk apapun, kita masih membaca koran juga. Masa iya sih, kita profesional muda, kita kalangan orang yang berani merubah sikap hidup kita, ingin merealisasikan tujuan utama dari kehidupan dengan menggapai nilai-nilai taqwa, kemudian kita tidak meluangkan waktu? Bukan, sesungguhnya mungkin kata meluangkan waktu pun kurang tepat. Kita memprogramkan untuk kemudian mementingkan ada waktu untuk membaca Al Qur’an, mengerti Al Qur’an, agar kita bisa menyebarluaskan nilai-nilai Al Qur’an.

Ini adalah suatu tangga berikutnya merealisasikan tujuan utama, tujuan mulia dari hadirnya Ramadhan. Yaitu menjadi insan yang utama, manusia unggulan, manusia yang berkualitas. Bagaimana? Berapa lembar Al Qur’an yang sudah anda baca pada hari ini dan kemarin? Okelah, besok masih ada waktu untuk membaca Al Qur’an. Jumpa kembali.

Assalamu’alaikum wr.wb.

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates