Friday, June 10, 2011

Belajar Melembutkan Hati

Hari ini hari yang melelahkan bagi Azam. Sepanjang waktu. Dari mulai pagi hingga menjelang maghrib, ia mesti mengikuti ajakan Pak Ustadz. Pergi melanglang buana. Ke mana saja? Menuruti kata hati, begitu kata Pak Ustadz.

Awalnya biasa saja. Pak Ustadz mencari Azam seusai sholat Isya berjamaah. Ketemu! Azam langsung ditarik ke sudut masjid. Sambil tersenyum ramah Pak Ustadz bertanya.

“Azam, bisa tidak besok menemani saya keliling-keliling?”

“Ke mana Pak Ustadz?” tanya Azam sedikit penasaran.

“Yah…. ke mana saja. Mau nggak?”

Azam tak mungkin menolak permintaan orang yang dihormatinya itu. Ia hanya mengangguk sembari mulutnya berucap, iya.

Esoknya Pak Ustadz sudah membawa sepeda motor tuanya. Tak lupa dua helm sudah ada di tangan. Sampai di rumah Azam, Pak Ustadz menampakkan senyumnya. Azam seolah kebingungan. Ke mana sebenarnya kita ini? Tapi, ia tidak peduli sebab ia tahu Pak Ustadz pasti mengajak ke jalan kebenaran.

Motor melaju dengan sedikit kencang
. Pak Ustadz membawa Azam berkeliling. Ia membawa Azam berkunjung ke sebuah panti asuhan. Di situ Pak Ustadz asyik bermain dan bercanda dengan anak-anak yatim piatu. Pak Ustadz melawak, Pak Ustadz melucu, Pak Ustadz memberi semangat. Anak-anak tertawa gembira.

Tidak sampai dua jam, Pak Ustadz membawa Azam ke rumah sakit. Ia menengok salah seorang temannya yang sedang dirawat karena sakit. Di rumah sakit Pak Ustadz asyik bercengkerama dengan temannya itu. Ia mendengarkan derita sang teman. Sesekali ia menghiburnya dengan ucapan-ucapan yang lucu. Sang teman terlihat senang dengan kunjungan itu.

Tidak lama, Pak Ustadz sudah melesat kembali di jalanan. Kali ini ia membawa Azam melongok di kolong jembatan. Di sana Pak Ustadz menemui orang-orang. Mereka bercakap-cakap tentang segala hal. Kadang Pak Ustadz bicara panjang lebar. Kali lain Pak Ustadz mendengarkan penuh perhatian.

Menjelang sore Pak Ustadz dan Azam pulang. Namun, di tengah jalan ia membelokkan motornya ke sebuah makam. Azam bergidik. Pak Ustadz tetap melajukan kendaraannya. Pada sebuah pohon yang rindang, ia berhenti. Pak Ustadz melangkahkan kakinya ke makam. Ia memandang ke seluruh makam. Lama sekali. Selanjutnya, ia berdoa untuk kemudian pulang.

Azam tidak mengerti kenapa ia dibawa ke tempat-tempat seperti itu. Panti Asuhan, rumah sakit, kolong jembatan, dan makam. Azam penasaran.

“Kenapa Pak Ustadz pergi ke tempat-tempat seperti tadi?”

Pak Ustadz terdiam sesaat. Ia tak menjawab.

“Saya sedang belajar melembutkan hati,” katanya. Lirih. Hampir tak terdengar.

Azam mengangguk. Sulit dipercaya. * * *

Sigit Widiantoro
http://www.kompasiana.com/sigitwidiantoro
http://fiksi.kompasiana.com/group/prosa/2010/08/20/belajar-melembutkan-hati/

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates